Lagi-lagi, Media Kupang Memperkosa Sastra.
Memang ini bukanlah dosa yang besar, tapi jika dipikirkan lagi, saya patut mempertanyakan keseriusan dua media
ini mengelola rubrik sastra mereka (VN : Rubrik Sastra dan Budaya; PK : Puisi –Cerpen)
karena adalah sebuah kebodohan jika hal yang sama masih terulang.
Sebelumnya, karya saya dan teman-teman pernah diperkosa
dua media ini berulangkali. Tetapi kesalahan tersebut tidak pernah diralat oleh
mereka. Dalam kasus kami saat itu, orang yang saya tuduh paling bertanggung
jawab adalah editor dan layouter. Kesalahan mulai dari puisi yang terpenggal, urutan
bait yang berubah, kesalahan nama penulis, juga merubah tanda baca dan huruf
dari huruf kecil menjadi kapital dan sebaliknya. Padahal, seringkali dalam
puisi, berlaku yang namanya semiotika, di mana tanda baca dan huruf menjadi sesuatu
yang sangat penting sehingga hal tersebut selalu disengaja oleh penulis untuk
berada di situ.
Hal-hal yang saya sebutkan di atas bukan hanya sekali
terjadi dan bukan hanya diderita oleh satu penulis, karena beberapa penulis
yang saya kenal pun sudah mengeluhkan hal yang sama sejak lama. Menyikapi tidak
adanya niat baik dari media-media tersebut untuk meminta maaf maka saya dan
beberapa teman-teman akhirnya memutuskan untuk tidak lagi mengirim karya kami
untuk media lokal yang ada di Kupang.
Untuk edisi hari ini, saya tidak tahu apakah puisi yang
dikirimkan penulis memang seperti yang sudah dimuat itu ataukah ternyata sudah
ada perubahan sana-sini oleh editor kedua surat surat kabar tadi. Jika memang
tidak ada perubahan apa pun dari editor, maka pertanyaan saya selanjutnya
adalah; bagaimana mungkin puisi yang menggunakan Bahasa Indonesia dengan
beberapa ejaan yang salah ini bisa dimuat di media yang punya kapasitas dan
nama besar?
Salah ejaan ini bukan hanya terdapat dalam sebait dua
bait puisi, tapi nyaris semua puisi di dua media ini menampilkan kesalahan yang
sama. Salah ejaan yang saya maksud di sini adalah kata yang seharusnya lengkap
dituliskan ternyata telah kehilangan satu huruf alias kurang huruf atau ada kata
yang malah kelebihan huruf, dan ada kata yang huruf vokalnya sudah diganti
dengan huruf yang lain.
Kesalahan fatal ini bisa kita baca dalam puisi-puisi di
Victory News karya Philipus Keban dan Engky Keban. Sementara Pos Kupang merilis
4 buah puisi yang semuanya ditulis oleh Margareth Febhy Irene.
Mungkin salah ejaan ini kelihatannya sederhana. Ya, sederhana.
Tapi sederhana itu hanya berlaku jika yang kita tulis adalah kata-kata puitis dalam
sms atau BBM kita. Sederhana itu hanya jika kita menulis untuk dimuat sebagai
status facebook atau twitter. Sudah tidak sederhana lagi jika kesalahan dibuat
oleh dewan redaksi dari media cetak yang namanya sudah sangat terkenal di
mana-mana.

***
Ternyata, kesalahan hari ini tidak hanya terjadi pada
puisi. Di Pos Kupang halaman 14 menulis dengan sangat salah nama cafe di
Lasiana yang sering jadi tempat nongkrong kita. Bukan OCD Cafe yang tertulis,
tapi ODC Cafe. Semoga setelah dimaafkan beberapa penyair Kota Kupang, kali ini
Om Ody Messakh juga mau memaafkan mereka.
Sumber Gambar : Google
Sumber Gambar : Google
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar