Ijinkan Hati Bicara...: April 2013 google-site-verification: google642dcb3a3836b309.html

12 Apr 2013

Catatan Solidaritas II

Beberapa minggu yang lalu saya menulis sebuah catatan tentang solidaritas anak muda kota kupang yang mengekspresikan kehidupan seni mereka. Dan seminggu terakhir ini saya temukan begitu banyak solidaritas yang indah, terjalin bagai simpul yang mengikat jadi satu adanya. Catatan kali ini tidak tentang berapa banyak yang sudah dilakukan tapi bahwa apa yang dilakukan adalah dari hati yang tulus atas nama kemanusiaan tanpa tendensi politik atau pun untuk cari perhatian. Ini sekaligus untuk kembali membuktikan bahwa tidak semua anak muda kota Kupang telah kehilangan nilai kasih.

Letusan gunung Rokatenda, nun di Palue yang jauh, seakan juga meletupkan semangat solidaritas anak muda Kota Kupang. Semangat yang diusung atas nama empati untuk nasib ribuan pengungsi yang terlantar di tenda-tenda darurat tak layak tinggal. Semangat ini yang mendasari niat untuk bergerak membantu mereka di sana, semampu yang bisa dilakukan di sini. Dengan tagline #KupangBagarak dan bermantra Kita Peduli Kita Bergerak, Satu Hati Untuk #Rokatenda, hadirlah Gerakan Seribu atau #Geser yang dilaksanakan dua hari di dua tempat berbeda dan berhasil mengumpulkan donasi hampir dua belas juta rupiah. Nilai yang tak sedikit untuk kegiatan amal di kelas kota kupang, menurut teman saya. Nilai ini sangat besar, karena semua rangkaian acara ini  tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk pembiayaan dan lain-lain. Semua murni sumbangan dari para pihak yang merasa peduli akan nasib semua basodara korban letusan Gunung Rokatenda.
Nilai besar dari solidaritas ini adalah bagaimana orang-orang muda berkumpul, dan mengeluarkan semua hal yang ada di dalam diri mereka untuk membantu yang terbatas. Dan yang lebih luar biasa lagi, adalah orang-orang yang bergerak ini belum pernah bertemu sebelumnya. Hanya dengan memanfaatkan media sosial lalu terjadilah satu kali pertemuan dan muncullah gerakan solidaritas yang membanggakan ini. Sumpah, inilah kekuatan positif media sosial yang dimanfaatkan secara positif. Saya sempat berpikir bahwa ini seperti sedang bermain sulap yang sekedar simsalabim dan jadilah sebagaimana yang dikehendaki. Tapi ini nyata dan bukan sulap apalagi sihir.
Lihatlah bagaimana kotak-kotak amal yang ada dikerjakan oleh tangan terampil gadis-gadis rupawan dari berbagai latar belakang kota kupang. Ada yang anggota pemuda gereja, ada mahasiswa yang calon perawat, calon dokter. Mereka bahkan tak malu berjalan kaki sambil menyodorkan kotak sumbangan itu dari mobil ke mobil.
Tapi, sekalipun kotak-kotak itu dipegang oleh para gadis rupawan, banyak juga orang Kupang, terutama kaum adam yang tidak tersentuh untuk memberikan sumbangan. Bahkan ada cerita ketika seorang calon gubernur yang barusan gagal, masuk ke area pantai lasiana, dia langsung mengalihkan pandangan ke tempat lain ketika para gadis kardus ini menyodorkan senyum, sapa, salam dan kardus.
Para gadis, yang selanjutnya kami sebut mereka Nona Kardus alias NADUS ini rela berjalan kaki di kegelapan jalan El Tari dan lampu merah perempatan jalan Palapa dengan mengusung kardus dan semangat untuk berbagi. Mereka tidak bergelar Putri NTT yang menang kontes. Mereka juga tidak peduli pada segala macam atribut sosial yang harus melekat. Ada juga basodara musisi. Mereka menyusur panjangnya pantai Lasiana untuk mengamen demi meredakan gemuruh Rokatenda. Dan hasil ngamen mereka adalah setengah dari hasil donasi hari itu.  Mereka melepaskan rasa malu atas nama solidaritas. Sebab yang terpenting bagi mereka adalah berbuat yang terbaik untuk sesama.
Ketika sebuah masalah terjadi, tidak ada hal ajaib yang bisa menyelesaikannya selain solidaritas. Hanya solidaritas yang bisa menyelesaikan segala masalah pelik dengan cara baik-baik tanpa kekerasan. Dari solidaritas pula, segala hal yang tak bermakna berubah menjadi bernilai. Bukan hanya nilai yang materi tapi juga imateril. Dari solidaritas ini, kita diketuk untuk lebih peka terhadap masalah sosial yang sering terjadi di sekeliling kita. Baik itu yang terjadi terhadap sesama saudara, sahabat maupun terhadap orang yang tidak kita kenal. Dari kepekaan rasa, kita bisa lebih bijaksana terhadap kemanusiaan, juga untuk mengetuk pintu-pintu keadilan agar lebih membuka diri bagi mereka yang lemah.
Mungkin di sana, di balik ribuan butiran debu yang disemburkan dari kawah Rokatenda, ada pesan rahasia yang tak kita mengerti. Tapi mungkin saja pesannya adalah agar kita lebih solider terhadap alam dan sekeliling kita, juga agar kita selalu bergandengan tangan demi mengikat peduli terhadap sesama. Rokatenda mungkin sudah merusak peradaban di sana, tapi ada peradaban baru yang kembali lahir dalam hati kita. Rokatenda memang mencerai berai ribuan orang di sana. Tapi di sini, kita telah bersatu untuk Rokatenda. Dan apa pun cerita dibalik murkanya Rokatenda, semoga tidak menjadi alasan bagi kita untuk murka apalagi mengutuknya.
Salam solidaritas untukmu, saudaraku, di mana pun kakimu berpijak dan mendengar suara-suara alam mengelus gerahmu dengan tangan-tangan sang bayu. Semoga kaki kita tak akan lelah berjalan dan tangan kita tak saling melepaskan genggaman solidaritas ini. Terik mentari memang menyengat, tapi sebenarnya ia ingin terus membakar semangat kita agar terus menyala di tengah-tengah kemiskinan nurani mereka yang tak ingin berbagi, dan sesungguhnya setiap uluran tangan adalah kekayaan doa dari hati yang murni. Mari percaya dan yakini, setiap peristiwa memiliki makna ganda.




Share