Jauh di Hati Saya, Jokowi Jangan Dulu Nyapres
Ujung dari semua keberhasilan Jokowi di Solo, dia dipercayakan
sebagai pemimpin DKI Jakarta. Begitu terpilih, berbagai gebrakan Jokowi
menggemparkan kota Metropolitan ini. Mulai dari kartu Jakarta Sehat sampai
direlokasinya penduduk dari beberapa pemukiman di Jakarta yang dianggap kumuh
ke Rumah susun yang ada. Tidak sekedar relokasi, di rumah susun tersebut sudah
dilengkapi oleh Jokowi dengan beberapa peralatan elektronik agar penghuninya
tidak lagi kembali ke daerah kumuh.
Jokowi yang membumi ini memang dicintai oleh rakyat ibukota
dengan segala gebrakan sosialnya yang persuasif. Ia dipuja sebagai sosok
pemimpin yang rendah hati dan memahami kondisi rakyat sesungguhnya. Ia berani
turun ke dalam selokan untuk memastikan bahwa selokan tersebut bekerja dengan
baik, atau bahkan membaur dengan bau sampah di kali agar anak buahnya bisa
lebih giat bekerja.
Jokowi tidak banyak ngomong. Dia lebih banyak melakukan aksi
nyata. Ia turun ke jalan, menyambangi satu persatu warganya dan menyalami
mereka tanpa takut tangannya kotor. Hal yang sebelumnya tidak dilakukan oleh pemimpin
mana pun. Ia turun ke bawah, melihat langsung semua masalah dan memastikan
bahwa tidak ada satu pun yang tertinggal untuk dikerjakan.
Fenomena Jokowi marak di mana-mana. Cara kerjanya ditiru
banyak pemimpin dan calon pemimpin untuk meraih simpati masyarakat. caranya
memimpin mengilhami sebuah gerakan baru untuk menjadikan ia sebagai orang nomor
satu negeri ini. Indonesia.
Munculnya ide untuk menjadikan jokowi sebagai presiden
menggetarkan lawan politiknya yang juga memiliki ambisi yang sama. Maka berbagai
cara pun dilakukan demi menjatuhkan kredibilitas Jokowi, termasuk fitnah.
Tetapi seorang Jokowi, di tengah pergunjingan akan sosoknya sebagai
satu-satunya yang ideal untuk memimpin republik hanya tersenyum. Ia bahkan
menanggapi dingin semua dinamika yang tercipta atasnamanya.
Tetapi jauh di dalam hati saya, saya menolak jika Jokowi harus
jadi presiden dalam waktu yang cepat ini. Bukan karena saya adalah lawan
politiknya, bukan itu. Saya bukan pengikut partai manapun. Saya orang kecil
yang memilih berada di barisan golongan putih ketika tiba proses pemilu. Tetapi
saya memiliki pertimbangan lain atas ketidaksetujuan saya.
Bagi saya, belum saatnya saja Jokowi harus ikut dalam nimbrung
sebagai salah satu capres. Masih terlalu cepat. Jakarta masih butuh Jokowi
untuk membenahi semua persoalan pelik yang bertahun-tahun tidak terselesaikan
di sana. Jokowi sudah dipilih untuk menyelesaikan Jakarta dan dia sudah
melakukan itu. Jika ia sampai terpilih sebagai presiden, maka Jakarta akan
kembali menghadapi persoalan lama yang sudah membangkai ini.
Jokowi harus membuktikan kehebatannya di Jakarta dulu. Ketika
dia sukses menyelesaikan semua masalah Jakarta, dia telah menjadi presiden di
hati semua rakyat Indonesia. Tidak usahlah Pak Jokowi ikut-ikutan jadi capres
sekarang ini. Tunggulah waktu yang akan datang. Ketika waktu itu tiba, saat
mana Jakarta telah selesai dibenahi, maka tanpa kampanye pun, Jokowi akan
dipilih secara aklamasi oleh rakyat
Indonesia yang sangat mencintainya untuk memimpin Indonesia.
Pak Jokowi, jika anda sempat membaca ini, saya hanya ingin
mengatakan betapa saya sangat mencintai bapak. Tetapi saya mohon, jangan jadi
capres dulu pak. Terima kasih.
Share
kalo nunggu 5 tahun lagi bisa-bisa Indonesia tambah sengsara boss..
BalasHapusSetuju bgt!!!
BalasHapusMenurut saya Ibu Ketum PDIP terburu2...
BalasHapusJadinya tidak sedikit warga yg tidk percaya lagi karena masih banyak janji2 yg harus dikerjakan belum terealisasi..