Ijinkan Hati Bicara...: April 2007 google-site-verification: google642dcb3a3836b309.html

21 Apr 2007

Renungan Malam

Tadi malam, dalam mimpi kulihat Kahlil Gibran datang dan berbisik padaku “cinta adalah kecocokan anak jiwa, jika itu tak pernah ada maka cinta tak akan tercipta dalam hitungan abad bahkan milenia.”

Tadi pagi aku terbangun, belum sempat kuingat mimpi apa aku semalam, aku harus kecewa lagi seperti hari-hari kemarin, seperti pagi-pagi yang lalu, ternyata aku tak punya cinta.

***

Lima tahun aku jatuh cinta pada seorang perempuan; perempuan yang mampu membuat seluruh hidupku bermakna. Perempuan yang membuat aku sadar bahwa cinta dihati bukanlah milik pribadi kita. Dia yang membuat aku sadar bahwa cinta sejati itu memang benar-benar ada. Dia yang membuat aku sadar bahwa setiap kegagalan adalah cambuk, dan diujung dari setiap kegembiraan menanti duka. Didalam senyumnya kutemukan tawaku, diantara tetes airmatanya kulihat kesedihanku. Aku kadang merasa sudah hidup bersamanya dalam satu jiwa. Dikelilingi kerinduan akannya bila terpisah jarak, dan dibenamkannya aku kedalam samudra kasih sayangnya tatkala dia memelukku. Dan diujung dari semua yang sudah dia berikan padaku hingga aku sadar akan banyak hal; dia memberikan untukku kecewa.

Aku jatuh. Aku remuk. Tak kulihat harapan bangkit. Yang kulihat hanya putus asa.

Hingga dewa cinta datang menjamah, kupilih tak peduli padanya dan kutinggalkan dia padahal ditawarkannya untukku seribu rangkaian bunga serta kesenangan dan kebahagiaan. Lalu kupilih mendekati Kristus dengan pengakuan akan dosa-dosaku. Kukenakan pakaian dari rangkaian duri dan kubasuh diriku dengan darah dan airmata ketimbang dengan wewangian. Ketika dahaga, kupilih meminum cuka bercampur empedu dari cawan yang seharusnya berisi air gula. Makananku adalah penderitaan dan ketika orang berpikir bahwa aku sedang bergelut dengan duka , maka aku ingin berkata... inilah aku... sedang bergembira.

Dan semoga dengan ini aku dan Kristus bisa menjadi semakin dekat.




Share

Menghargai dari tuntutan kita.

Menghargai...
Sebuah kata pendek yang sering sekali diucapkan orang. Seringkali kata itu keluar sebagai satu simbol tuntutan atas rasa dan apa yang sudah kita lakukan terhadap sesuatu dan kita menuntut orang untuk menghargainya. Tapi kita, pernahkah kita sebagai individu yang sering menuntut individu lain menghargai kita sudah menghargai individu lain itu sendiri... Atau jangan-jangan malah sebaliknya kita sering meludahi hasil kerja keras seseorang atau mungkin juga menginjak-injak perasaan orang-orang yang ternyata begitu menghargai kita.
Terkadang kita menuntut sesuatu yang ternyata kita sendiri belum pernah melakukannya untuk orang lain. Atau terkadang kita menuntut seseorang melakukan sesuatu agar sempurna dimata kita, jika terjadi satu kesalahan yang bahkan tak terlihat maka yang ada adalah kita mulai dengan caci maki terhadap orang tersebut dan tak pernah sedikit pun pujian terlontar dari mulut kita ketika orang tersebut berhasil melakukan pekerjaannya. Sungguh satu tuntutan tanpa penghargaan yang tak pantas dari kita.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita bisa melakukan satu pekerjaan yang benar-benar sempurna bagi kita dan bagi orang lain? Kenyataannya bahwa ternyata kita sendiri tak pernah bisa melakukan pekerjaan itu sendiri.
Jadi, apa yang harus kita lakukan agar kita bisa mengahargai orang lain...?
sebuah kata sederhana mengatakan begini..
"BAYANGKANLAH DIRI ANDA BERADA DALAM KASUT SESEORANG, JIKA ITU MENYAKITKAN BAGI ANDA, HAL ITU MENYAKITKAN PULA BAGI ORANG LAIN."
Selanjutnya.... terserah anda....




Share