Ijinkan Hati Bicara...: Februari 2008 google-site-verification: google642dcb3a3836b309.html

27 Feb 2008

change...

Bumi akan terus berotasi, berevolusi. Detik tak akan pernah berhenti berlalu. Tak boleh ada yang terdiam jika ingin terus hidup.
Jika ingin hidup ini berjalan terus maka harus ada yang berubah dari hari ke hari. Merubah hati menjadi bijaksana dan merubah setiap saat menjadi berarti. Setiap waktu adalah perubahan. Untuk merubah sesuatu, harus ada yang dikorbankan. Untuk mengorbankan sesuatu harus ada yang ditinggalkan.
Sekejab lagi kepergian itu tiba. Kepergian untuk membuktikan eksistensi. Kepergian untuk menggali lebih banyak eksperiens, yang ekstensif. Ini bukan untuk sebuah eksperimen hidup, ini soal idealistik. Ini soal kesempatan yang tak mungkin dua kali didapatkan. Ini soal reward dan kepuasan. Menggali sesuatu yang lebih dari kesempatan yang didapat adalah langka. Kesempatan itu ada dan saya harus mengambilnya sekarang atau jika tidak maka kesempatan itu... melintas pun tak akan pernah lagi.
Suatu saat saya akan kembali ke sini jika senja di sana tak mampu lagi siluet bercanda. Toh cinta masih saya titip di sini. belum saya bawa serta.


Gambar diambil dari sini




Share

15 Feb 2008

Jangan Artikan Cintaku

Mengapa harus terpisah dihari seharus rasa lebih dalam menggali dan jiwa lebih kuat mengikat?
Bukankah arti rasa belum bisa kita artikan bersama...?

Pelipurku bukan rindu memelukmu
Lalu usaikan cerita setelah tampungan telah dikosongkan,
Ia adalah rasa yang tak mampu bibir ucapkan.
Ia adalah kata yang tak terkatakan.
Hanya pada diam, hati bisa menjelaskan.
Lalu memaknai dengan tingkah.

Rasa ini bukan samudra, bisa kau nilai dalamnya
Bukan sekedar laut menggulung ombaknya ke pantai.
Bukan camar datang sekedar singgah lalu berpindah pada pantai yang lain.
Bukan istana pasir, musnah ketika pasang.
Rasa ini bukan langit, kau pandangi dan tahu dia biru.


Ini pahit sudah berulang-ulang kurasa
Ini sakit sudah berulang-ulang kurasa
Ini hati, sudah hampir mati rasa karena terus tersakiti
Ini hati, tak usah kau pikir sesakit apa lukanya.




Share

12 Feb 2008

Gadisku

Singgahlah sebentar di peraduanku, marilah kita habiskan malam ini dengan bercerita tentang asmara yang telah lama hadir dalam hatiku ketika panah cupid menembus jantungku saat pertama kulihat kau diantara jejeran gadis-gadis bergaun putih. Singgahlah sebentar saja jika waktumu tak cukup untuk berlama bersamaku. Ceritakanlah tentang kamu kepadaku, entah dukamu, entah kebahagiaanmu. Siapa tau diantara cerita kita ada yang segaris. Lalu kita bisa berbagi.

Jangan pergi cepat-cepat gadisku, gelap di jalan sudah sangat pekat. Sebentarlah kunyalakan lentera agar bisa kuhantar dirimu melewati gelap ini. Aku tak mau kau terantuk pada kerikil kecil di setapak menuju rumahmu lalu terluka. Kau diciptakan bukan untuk terluka gadisku. Lukamu akan membuatku berubah sebagai orang paling berdosa. Kumohon janganlah kau buat aku merasakannya.

Jangan menolak permintaanku oh gadis nan rupawan, aku akan sangat terluka melihat kau berjalan sendiri ditengah gelap ini. Lihatlah lentera ini sudah kunyalakan. Nyalanya yang kecil sangat indah ditengah gelap ini bukan? Mari sudah kita pergi ke rumahmu. Di sana sudah menunggu sanakmu dengan hati yang risau karena putrinya tercinta yang terlahir dari kemurnian cinta belum tiba dengan senyum yang menggetarkan dunia.

Oh gadisku, akhirnya tiba juga kita di gerbang rumahmu. Alangkah indah taman bungamu ini, tertata seolah surga telah berpindah kesini. Mungkinkah kau salah satu bidadarinya? Tapi bagaimana mungkin, lihatlah, bercerminlah. Kau akan tau bahwa ternyata kau lebih cantik dari mereka.

Gadisku, cukuplah di sini aku mengantarmu. Istanamu terlalu megah untuk aku masuki. Aku ini hanya seberkas debu yang akan mengotori permadanimu jika kau paksa aku untuk masuk. Aku tak akan sanggup melihat tatahan kasih dalam istanamu berubah menjadi angkara ketika aku masuk. Aku tak mau bunga-bunga di tamanmu mengering ketika aku melewatinya. Cukuplah aku di sini gadisku. Aku sudah merasa puas bisa mengantarmu tiba tanpa terantuk pada kerikil-kerikil di jalan.
Selamat jalan gadisku. Peluklah aku sebelum aku beranjak pulang agar aku tau seperti apa hangatmu. Seperti apa kau mencintaiku. Tidurlah bersama doaku, bermimpilah tentang surgamu. Semoga ketika esok kau terbangun sudah ada pangeran tersenyum menantimu.


Ia gadisku. Ia. Aku juga ingin pangeran itu adalah aku.




Share

7 Feb 2008

Di mana dia

Tak ada yg berubah, Kecuali hujan yang tak mau kompromi mengguyur memburuku hingga ke sudut hidup, dan membuat segala cara mengeluh seolah tak ada arti.
Melihat pelangi sekarang akan seperti mimpi yang jauh. Karena hijaunya gunung telah tertutup kesombongan deras hujan.
Dan Cinta... aku hanya bisa merindukannya tanpa bisa berbuat apa-apa.
Dan Cinta... aku sudah lupa dari mana dia berasal...
Aku sudah tak tau seperti apa dia...
Aku sudah tak tau...
Di mana dia.

Hanya patah-patah jalan aku memilikinya
hanya pada cabik-cabik aku mengenangnya
Hanya pada keheningan aku mencarinya
Hanya pada kepastian aku akan mendapatkannya kembali
Pasti... Meski butuh waktu...
Meski butuh keringat, airmata, darah mungkin juga nyawa
Dan cinta...
Hanya pada renggut aku akan kehilangan sementara.




Share

4 Feb 2008

Apa Bedanya kita?

Sudahkah kita berjalan ke tempat yang semestinya?
Sudahkah kita melangkah sebagaimana seharusnya?
Terbaikkah kita hingga harus menghakimi, menghujat, menghukum sesuai apa yang kita
mau? Seputih saljukah sucinya kita?
Rasanya kita sama saja, pernah mencuri dari liang lahat yang sama,
pernah berpesta dan menari di tenda ketidakberdayaan sang jelata,
hingga meski jeritannya merobek sukma yang mendengar tetap terdiam berpesta.
Lalu apa bedanya kau dan dia?

Pak, jangan menyalahkan tanpa merasa bersalah.




Share