Ijinkan Hati Bicara...: November 2009 google-site-verification: google642dcb3a3836b309.html

8 Nov 2009

Kata Setitik Debu

Adalah aku, seseorang yang tak pernah teranggap diantara setiap kesan bayang yang tercipta disetiap mata pun hatimu memandang. Memang tak layak aku yang tak tahu diri ini, yang hanyalah setitik debu namun berharap berarti. Yahhh, setitik debu yang hanya bisa mengotori hati indah milikmu, setitik debu yang oleh berkasnya dapat membuat kau hina jika bersanding. Maafkan jika telah ku paksa untuk terus terpaksa bersamaku selama ini. Sekali lagi kusadari bahwa memang aku tak pernah layak ada disisimu.

Sudah kuputuskan untuk pergi jauh, bukan karena rasa telah hilang terganti mutiara lain di hati, bukan juga karena jenuh telah datang mengantar enggan dipikir, bukan juga karena terang asa telah terganti pekat gagal. Namun ternyata telah ada berlian yang diam-diam kau harapkan hadir menghiasimu dibanding aku yang debu jahanam ini.

Aku memang selalu meminta lebih diantara sedikit hal kecil yang kuberi. Aku memang anjing yang sudah diberi tulang masih mengharap isi daging. Harusnya aku lebih menyadari ini, menuntut segala hal darimu sedangkan aku sendiri tak pernah bisa memberi apa-apa. Bajingan seperti aku ini layaknya jangan pernah diberi ampun. Dimusnahkan memang lebih pantas agar dunia khayalmu tak pernah terganggu dan tercemar ego setitik debu ini.

Sudah masanya sekarang ternyata untuk setitik debu ini menyadari ketidak-berartiannya. Menyadari untuk melepaskan tubuh seorang bidadari kecil yang sekian lama ditempeli dan dan dikotorinya. Merelakan untuk sang bidadari kecil ini mengenakan perhiasan dari berlian dan emas dan bukannya lumpur dari debu.

Sesungguhnya ternyata sudah masanya sekarang untuk menjauh sejauh mungkin dan bukan lagi untuk berpikir agar bisa kembali sedekat mungkin, bukan juga untuk menyerah pada realitas yang ada, namun lebih kepada bagaimana tujuan yang mulia dari sang bidadari kecil tak terusik hal sepele dari setitik debu.

Selamat jalan bidadari kecilku, sudah kah masa ini tepat ku katakan itu? Ternyata sudah, sebab kata ini sudah seharusnya sejak dulu ada untuk dikatakan bukan hanya untuk ditulis.

Selamat jalan peri kecilku, jika terbang, janganlah terlalu tinggi kau kepakan lebar sayapmu hingga ke langit. Sebab akan ada masa di mana kita lelah hingga jatuh. Sebab rasa jatuh itu akan teramat sakit hingga seolah tak bertulang dalam raga, dan jiwa akan teriak-teriak minta mati.

Selamat jalan dewi terkasih, jangan pikirkan debu ini. Debu ini hanya ingin memohon maaf jika salah pernah menghiasi dinding yang selama ini kau bangun menghindariku.

Maafkan aku.
Selamat tidur....




Share