Ijinkan Hati Bicara...: November 2007 google-site-verification: google642dcb3a3836b309.html

29 Nov 2007

Jejak di Cadas

Aku sendiri kini
Dengan peluh lelah kusiram mawar yang kau titip
Dengan sepi yang risau,
masih ingin ku teriak katakan isi hati
Lukamu adalah salahku...
Jika kini suaramu tak bisa kudengar lagi
Maafkan aku telah membuatmu salah memahami.

Aku sendiri kini
berharap dirimu itu yang kubuat kini
meski harus tertatih
Aku ingin pergi menjumpamu

Aku sendiri kini...
Lihat jejak di cadas itu
Hanya ada punyaku
Semuanya menuju padamu.
Hanya untuk katakan padamu,
Dengan ampun,
dengan ketulusan,
dengan cinta
dengan segala kerinduan
Aku................




Share

25 Nov 2007

Aku Bukan Tempat Belajar

Jika aku bukan istana yang kau harap

Jika aku bukan taman impian hati

Jika langkah tak mampu kau tata memasukinya

Kenapa kau datang mengetuk gerbang terkunci


Jika datang sekedar menyapa

Tak usahlah sekalian kau datang

Aku tak butuh sekejap ada

Karena sendiriku kini bukan tanpa makna

Ada yang tak perlu kau tahu kenapa aku berdiam


Kemarin baru ku usir segenggam pahit

Kenapa kini kau datang bawakan aku setumpuk lara

Bukankah sudah ku katakan

Aku benci perih kembali...


Sudahlah, jangan datang mengukir kata

Aku sudah bosan pada rasa.

Aku sudah muak pada sembilu

Pergi saja bawa niatmu jauh

Aku bukan tempat belajar mengeringkan embun




Share

24 Nov 2007

Rindu Part Two

Mungkin memang mimpi telah melelapkanmu sejak senja...
Hingga teriak batinku yang menyentuh bintang tak bisa singgah di peraduanmu.
Entah terhalang apa...

Setiap hari aku ada disini...
Mungkin bisikku tak akan terdengar
Tapi teriakku juga tak mampu lagi nyaring.
Bisakah lewat angin kutitipkan kata rindu
Tentang aku di sini...
yang begitu ingat kamu.

Hari ini, lewat hujan, lewat mendung...
Akan kutitipkan petir ke sisimu
Biar jantungmu bergelegar sebagaimana aku disini




Share

5 Nov 2007

Ketika kubuka pejam mataku
Dari merenung kembali jalan yang pernah kita tempuh,
Likunya, lukanya, dukanya, Cerianya
Kusadari semua jejak itu tak akan pernah terhapus sampai kapanpun
Meski kini kau dan aku telah terpisah dua dunia.


Sambil menatap pendar cahaya pagi ini
Sambil mendengar nyanyian burung-burung yang terbang bebas
Kubayangkan terang cahaya yang bersamamu kini.
Kubayangkan bagaimana kau terbang menuju pada-Nya.

Pagi ini...
Aku ingin dalam kesendirian ini
Kau datang sebentar padaku
Sekedar kita mencoba bercerita tentang kisah lalu kita
Atau barangkali sedikit kau buat aku tersenyum
Agar aku tau kau disana bahagia bersama-Nya.

Teman...
Aku dapat memandang langit setiap saat aku mau
Aku dapat menikmati pijar bintang kapanpun malam datang
Aku dapat pergi kemanapun aku mau
Tapi memandangmu kini...
Sesulit rencana-rencana mustahil yang pernah kita buat
Sesulit kita menghabiskan semalam penuh hanya untuk menghitung bintang
Sesulit kita mengerjakan pe er matematika yang kita tak pernah tau rumusnya.
Sesulit kesulitan-kesulitan yang kita hadapi bersama dan kita lari daripadanya.

Teman...
Aku masih disini...
bercerita kepada angin kisah kita
Hanya itu yang aku bisa sekarang.

Seribu cerita masih akan terus bergema tentang kita
Walaupun kini kamu sudah menjadi milik-Nya.




Share

Mengenangmu

Ketika kubuka pejam mataku
Dari merenung kembali jalan yang pernah kita tempuh,
Likunya, lukanya, dukanya, Cerianya
Kusadari semua jejak itu tak akan pernah terhapus sampai kapanpun
Meski kini kau dan aku telah terpisah dua dunia.


Sambil menatap pendar cahaya pagi ini
Sambil mendengar nyanyian burung-burung yang terbang bebas
Kubayangkan terang cahaya yang bersamamu kini.
Kubayangkan bagaimana kau terbang menuju pada-Nya.

Pagi ini...
Aku ingin dalam kesendirian ini
Kau datang sebentar padaku
Sekedar kita mencoba bercerita tentang kisah lalu kita
Atau barangkali sedikit kau buat aku tersenyum
Agar aku tau kau disana bahagia bersama-Nya.

Teman...
Aku dapat memandang langit setiap saat aku mau
Aku dapat menikmati pijar bintang kapanpun malam datang
Aku dapat pergi kemanapun aku mau
Tapi memandangmu kini...
Sesulit rencana-rencana mustahil yang pernah kita buat
Sesulit kita menghabiskan semalam penuh hanya untuk menghitung bintang
Sesulit kita mengerjakan pe er matematika yang kita tak pernah tau rumusnya.
Sesulit kesulitan-kesulitan yang kita hadapi bersama dan kita lari daripadanya.

Teman...
Aku masih disini...
bercerita kepada angin kisah kita
Hanya itu yang aku bisa sekarang.
Aku tau kamu sudah tersenyum sekarang di sana
Semoga senyummu seperti yang aku bayangkan...
Tanpa perih
Tanpa rintihan.

Teman...
Seribu cerita masih akan terus bergema tentang kita
Walaupun kini kamu sudah menjadi milik-Nya.




Share

1 Nov 2007

Sayonara Teman...

Teman...
Senja ini hujan disini... Setelah sekian lama disini berdebu kemarau. Aroma tanah yang singgah membelaiku kurasakan seperti kerinduan yang lama kusimpan, Terpendam namun tak pernah terpeluk.

Teman... baru kemarin kita bertemu, walau hanya bayangmu datang sebentar padaku. Tapi aku jadi ingin pergi menjumpamu. Sungguh... aku jadi ingat kisah lucu ketika kita sekolah dulu. Ketika kita dikejar Pak Guru hanya karena memungut puntung rokok dan kita disuruh menghisapnya padahal memang itu yang ingin kita buat. Masih ingatkah kamu waktu kita berlomba-lomba masuk ke dalam gua jepang dekat sekolah kita, dan hanya kamu yang tak mau ikut karena takut dan aku mengolok-olok kamu. Dan ketika kamu jatuh cinta untuk pertama kalinya, kamu menyembunyikan itu dari aku, kamu tak mau bilang ke siapapun, hingga pada suatu hari kamu mabuk dan tidur dirumahku, kamu mengigau dan esoknya satu sekolahan tau kamu lagi jatuh cinta.

Teman... saat ini, banyak sekali kisah kita dulu yang terlintas dalam benakku dan ingin kuceritakan disini, tapi aku tak punya kekuatan lagi untuk merangkai kata yang lebih untuk kuceritakan selain tetap kusimpan dalam hati. Aku ingin tertawa ketika kisah kita yang jenaka dulu singgah di otakku, tapi aku tak bisa tertawa lagi teman, aku menangis sekarang mengingatnya. Memori itu untukku sekarang jadi sesuatu yang... Pedih. Mungkin itu kata paling sederhana yang aku maksud selain sakit. Tapi aku juga remuk disini. Masih tak Percaya disini.

Teman, kamu tau kan aku paling benci yang namanya perpisahan, kamu yang paling mengerti aku, membimbing aku, menguatkan aku ketika aku labil karena ditinggalkan. Kamu selalu ada ketika aku butuhkan. Dan sekarang, disaat aku ingin bercerita tentang kebagiaanku, disaat aku ingin tertawa lagi bersamamu setelah sekian lama kita terpisah. Kamu pergi, pergi meninggalkan semua. Cintamu, Hidupmu, masa depanmu. Pergi meninggalkan orang-orang yang sangat mencintaimu. Bahkan sayonara tak kau ucapkan, agar aku tau bahwa memang kau berniat pergi. Dan kenapa harus dihari pertunanganmu kamu pergi? Tak adakah waktu yang lebih tepat untuk kau pergi selain hari ini?

Teman, tidakkah kau lihat kehancuran orang-orang yang kau tinggalkan? Tidakkah kau dengar ratapan kehancuran ibumu? Tidakkah kau tau, kamu adalah kebanggaan keluargamu, tulang punggung keluargamu?

Lihat teman, lihat. Langit juga berduka untukmu, dia menangis. Sama derasnya dengan tangisan ibumu.

Lihat teman, aku berdiri disisimu. Aku yang begitu merindukan senyummu, Aku yang kini hanya mampu melihat kebekuan senyummu, dalam damaimu, dalam ketenanganmu. Aku yang masih belum percaya kamu telah pergi. Aku yang hanya mampu berkata selamat tinggal dalam diam, dipeluk ibumu yang masih terus meratapimu.

Teman, selamat jalan.


"Untuk sahabat terbaikku, Imannuel Fransiskus Dima"
Meninggal di detik-detik terakhir pertunangannya.
Tanggal 31 Oktober 2007, jam 19.15 WITA.




Share