Ijinkan Hati Bicara...: Maret 2008 google-site-verification: google642dcb3a3836b309.html

19 Mar 2008

Cinta Tanpa Pamrih

Bicara tentang kesempatan berarti bicara juga tentang usaha. Kesempatan bisa di dapat jika ada usaha untuk mendapatkan kesempatan itu, dan usaha juga bisa di dapat jika kita bisa memanfaatkan sebuah kesempatan dengan baik. Kelihatannya sangat sederhana, tapi sebenarnya sangat sulit jika dijalani. Kesempatan atau peluang itu hal yang langka. Jarang dia datang dua kali pada orang sama dan untuk hal yang sama apalagi.
Ketika kesempatan itu sudah didapat atau dipercayakan kepada seseorang untuk dijalankan sebagai sebuah usaha mengisi kesempatan itu, maka harus ada prioritas agar usaha itu dapat berjalan dengan baik. Harus ada hal-hal yang di perhitungkan, dan harus ada target yang akan dicapai agar usaha itu bisa berhasil dan mendapat kepercayaan penuh dari Sang Pemberi Kesempatan.

Entah apapun bentuk kesempatan itu, tapi cinta juga adalah suatu kesempatan. Namun kesempatan ini berbeda. Kesempatan ini, semua orang bisa mendapatkannya, tergantung bagaimana usaha dari orang-orang yang mendapatkan kesempatan ini untuk mendapatkan dan mempertahankannya. Untuk mendapatkannya butuh ketekunan dan kesabaran. Memanfaatkan setiap peluang yang ada sebagai momen penting dan jika bisa memonumenkannya dalam hitungan hari-hari kenangan. Ketika cinta sudah didapat, maka mempertahankan juga tetap butuh kesabaran, apalagi jika ada babak-babak yang tidak diinginkan berpadu dalam setiap detik yang coba dipahat sebagai rantai kenangan; maka di sinilah peran dari kejujuran, kesetiaan dan tanggung jawab dibutuhkan agar setiap langkah yang tertinggal bukanlah luka hanya karena kecilnya onak. Butuh toleransi tingkat tinggi untuk menghadapinya. Butuh kerelaan yang tegar untuk mempertahankannya. Di sini juga pamrih harus dibuang jauh dari benak. Sebab ketika cinta sudah mengenal pamrih, maka bukan tak mungkin hal yang paling ditakutkan agar tak pernah ada dari hubungan cinta itu pasti akan datang. Cinta dengan pamrih akan selalu merasa bahwa terkadang orang yang dicintai tak bisa memberi apa yang dimau. Apa yang didapat tidak selalu sesuai dengan apa yang diberikan. Selalu menuntut yang terbaik dari pasangan, mengedepankan keegoisan dan selalu lupa bahkan tak pernah berpikir untuk bertanya apa yang orang lain mau.

Ego, terkadang ditempatkan di atas harga diri kita lalu kita berpikir bahwa itulah harga diri yang mutlak tak seorangpun boleh menurunkan. Ketika hal ini terus berjalan maka tanpa disadari, perlahan namun pasti ego kita sendirilah yang sedang menginjak-injak harga diri kita. Pada akhirnya ego itu sendiri jualah yang akan mempermalukan kita; dan cepat ataupun lambat, cinta seperti itu PASTI akan kandas. Cinta yang tanpa pamrih akan berusaha membahagiakan orang yang dicintainya tanpa peduli apakah dia harus berdarah ketika tertikam oleh duri-duri cinta itu. Setiap kekurangan akan ditutupi dengan cara yang paling sempurna, setiap keluhan akan ada penghibur yang sejati.
Maka seperti terkutip dari Kahlil “Pabila cinta memanggilmu, ikutlah dengannya, walaupun jalannya terjal dan berliku. Dan bila sayap-sayapnya datang merengkuhmu, pasrah serta menyerahlah, walaupun pedang yang tersembunyi di balik sayap itu melukaimu.”




Share

Kagum Sehari

Berapa lama lagi rasa ini tertahan
Oleh kelabu, oleh bimbangmu
Jika ini adalah beban tak usahlah kau rasa
Ini rasa hanya untuk kau tau
Bukan untuk kau jawab

Aku ini kelam tanpa masa
Lariku adalah pada kata dalam tulis
Jika rasaku tak mampu kau terima
Maka tinta akan bercerita pada buku tentang rasaku
Kecewa akan lebur dalam kata
Mungkin suatu waktu olehmu akan terbaca
Walau bukan tak mungkin kau tak akan pernah peduli

Ini rasa ingin kukatakan padamu
Dalam tulus, dalam jujur, mungkin akan dalam diam
Mengagumimu dalam sehari…
Membuatku mencintaimu sampai mati.




Share