Ijinkan Hati Bicara...: Sayonara Teman... google-site-verification: google642dcb3a3836b309.html

1 Nov 2007

Sayonara Teman...

Teman...
Senja ini hujan disini... Setelah sekian lama disini berdebu kemarau. Aroma tanah yang singgah membelaiku kurasakan seperti kerinduan yang lama kusimpan, Terpendam namun tak pernah terpeluk.

Teman... baru kemarin kita bertemu, walau hanya bayangmu datang sebentar padaku. Tapi aku jadi ingin pergi menjumpamu. Sungguh... aku jadi ingat kisah lucu ketika kita sekolah dulu. Ketika kita dikejar Pak Guru hanya karena memungut puntung rokok dan kita disuruh menghisapnya padahal memang itu yang ingin kita buat. Masih ingatkah kamu waktu kita berlomba-lomba masuk ke dalam gua jepang dekat sekolah kita, dan hanya kamu yang tak mau ikut karena takut dan aku mengolok-olok kamu. Dan ketika kamu jatuh cinta untuk pertama kalinya, kamu menyembunyikan itu dari aku, kamu tak mau bilang ke siapapun, hingga pada suatu hari kamu mabuk dan tidur dirumahku, kamu mengigau dan esoknya satu sekolahan tau kamu lagi jatuh cinta.

Teman... saat ini, banyak sekali kisah kita dulu yang terlintas dalam benakku dan ingin kuceritakan disini, tapi aku tak punya kekuatan lagi untuk merangkai kata yang lebih untuk kuceritakan selain tetap kusimpan dalam hati. Aku ingin tertawa ketika kisah kita yang jenaka dulu singgah di otakku, tapi aku tak bisa tertawa lagi teman, aku menangis sekarang mengingatnya. Memori itu untukku sekarang jadi sesuatu yang... Pedih. Mungkin itu kata paling sederhana yang aku maksud selain sakit. Tapi aku juga remuk disini. Masih tak Percaya disini.

Teman, kamu tau kan aku paling benci yang namanya perpisahan, kamu yang paling mengerti aku, membimbing aku, menguatkan aku ketika aku labil karena ditinggalkan. Kamu selalu ada ketika aku butuhkan. Dan sekarang, disaat aku ingin bercerita tentang kebagiaanku, disaat aku ingin tertawa lagi bersamamu setelah sekian lama kita terpisah. Kamu pergi, pergi meninggalkan semua. Cintamu, Hidupmu, masa depanmu. Pergi meninggalkan orang-orang yang sangat mencintaimu. Bahkan sayonara tak kau ucapkan, agar aku tau bahwa memang kau berniat pergi. Dan kenapa harus dihari pertunanganmu kamu pergi? Tak adakah waktu yang lebih tepat untuk kau pergi selain hari ini?

Teman, tidakkah kau lihat kehancuran orang-orang yang kau tinggalkan? Tidakkah kau dengar ratapan kehancuran ibumu? Tidakkah kau tau, kamu adalah kebanggaan keluargamu, tulang punggung keluargamu?

Lihat teman, lihat. Langit juga berduka untukmu, dia menangis. Sama derasnya dengan tangisan ibumu.

Lihat teman, aku berdiri disisimu. Aku yang begitu merindukan senyummu, Aku yang kini hanya mampu melihat kebekuan senyummu, dalam damaimu, dalam ketenanganmu. Aku yang masih belum percaya kamu telah pergi. Aku yang hanya mampu berkata selamat tinggal dalam diam, dipeluk ibumu yang masih terus meratapimu.

Teman, selamat jalan.


"Untuk sahabat terbaikku, Imannuel Fransiskus Dima"
Meninggal di detik-detik terakhir pertunangannya.
Tanggal 31 Oktober 2007, jam 19.15 WITA.




Share

3 komentar:

  1. hmm.. turut berduka cita..
    banyak ketabahan dan doa buat yang ditinggalkan serta meninggalkan..

    BalasHapus
  2. wwaaah..kalo ditinggal pergi sahabat memang menyedihkan sekali...tapi kita harus siap terus dgn yg spt ini ya...

    BalasHapus