Kontroversi Denny JA Sebagai Sastrawan Paling Berpengaruh
Sambil mempertanyakan kredibilitas 8 orang yang selanjutnya
disebut Tim 8 saya menulis pikiran picik saya ini. Tersebutlah Tim 8 ini dengan
segala kelihaian mereka telah membaptis 33 orang Indonesia sebagai sastrawan paling
berpengaruh di tanah air ini hanya dengan 4 kriteria yang diciptakan dari hasil
pergolakan selama dua hari. Entah yang disebut dua hari itu adalah dua hari
penuh yang dua puluh empat jam atau dalam dua hari itu hanya ada lima menit
diskusi. Intinya, dua hari.
Saya tidak tau persis 8 orang luar biasa itu -yang tak perlu
saya sebutkan namanya alias silahkan googling- karena hanya beberapa karya
mereka yang selintas saya baca. Selebihnya, di dalam Tim 8 tersebut tidak lebih
hebat dari novelis dari kampung saya yg karna punya modal lantas melahirkan
novel ecek-ecek memuakan ketika dibaca ataupun puisi-puisi mereka yg tak
menggigit seperti nyamuk.
Jika menilik perkembangan sastra tanah tanah air, maka
pantaslah jika sekalian penikmat sastra melantunkan protes mereka atas
ditetapkannya Denny JA sebagai salah satu dari antara 33 sastrawan itu. Puisi esainya
atau lebih banyaknya dia menggolontorkan dana untuk lomba puisi esai yang
sampai saat ini masih dipertentangkan spesifikasi dan onderdilnya sepertinya menjadi
salah satu alasan dia ditetapkan sebagai sastrawan berpengaruh. Inti protes
bukan hanya masalah pada kualitas sastra, tapi kuantitas puisi yang dihasilkan
Denny JA dari apa yang disebutnya sebagai puisi esai. Hanya ada satu buku karya
Denny yang lantas oleh dia sendiri disebut sebagai pelopor genre baru sastra. Buku
ini pun bukanlah keluaran penerbit mayor, tapi indie ala Denny.
Mencermati lagi salah satu kriteria penetapan yaitu “menempati posisi sebagai pencetus atau perintis gerakan
baru yang kemudian melahirkan pengikut, penggerak, atau bahkan penentang” yang
menjadi dasar pengangkatan Denny, maka alangkah sangat tak bijaknya Tim 8 ini. Lihat
saja pendapat para sastrawan yang sampai saat ini masih mempertanyakan label “Puisi
Esai” yang diciptakan Denny. Juga, Denny tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap dunia baru di ranah sastra Indonesia. Apa yang selanjutnya disebut
sebagai pengikut Denny adalah manusia-manusia setengah sadar yang ikut dalam
lomba puisi esai karena iming-iming hadiah yang WOW!!!
Penggerak??? Penggerak apa yang
dimaksud dalam kriteria ini?? Apakah orang yang bergerak untuk ikut dalam
fenomenona puisi esay yang diciptakan Denny? Tidak. Tidak ada. Selain tentunya
tim sukses Denny yang dibayar untuk bekerja keras demi nama besarnya.
Penentang?? Ya jelaslah banyak
yang menentang jika Denny menyebut diri sebagai pelopor puisi esai dengan –
sekali lagi – ketidakjelasan kriteria yang diciptakannya. Puisi Esai Denny
tidak lebih dari prosa yang sudah diciptakan sebelum Denny dilahirkan. Yang membedakannya
hanyalah jumlah karakter dalam puisi esai dan prosa. Jika prosa memiliki
karakter yang lebih sedikit namun tetap bernyawa hingga akhir. Esai Denny tidak
lebih seperti orang tua bernafsu tinggi tapi loyo. Tidak ada evokasi yang
tercipta dari puisi-puisi Denny.
Maka, penting untuk diketahui
oleh dunia sastra Indonesia, bahwasanya ada kemungkinan Tim 8 ini telah dibayar
untuk menyebut nama Denny JA dalam jejeran sastrawan paling berpengaruh. Kapasitas
pas-pasan Tim 8 juga menjadi acuan untuk ditolaknya hasil penetapan yang
berlebihan dan memalukan ini. @dodydoohan
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar