Caleg Datang, Pohon Menangis
Tadi, sepanjang perjalanan ke luar kota Kupang, di tepi
jalan-jalan utama,
hingga pelosok kampung, terlihat pohon-pohon yang menghijau, rindang meneduhi
terik hari ini.
Sayangnya, keteduhan yang mereka berikan harus dilukai oleh
ulah serakah dan tidak tau malu dari calon orang-orang terhormat yang disebut
Caleg. Senyuman mereka menempel di pohon-pohon tanpa beban. Seakan memang pohon-pohon itu dikhususkan utk memajang
senyum palsu dan janji manis mereka yang dilukis tangan desain nan kreatif di
baliho atau pun spanduk-spanduk.
Cara meraih simpati publik dengan merusak pohon-pohon adalah kampanye
terbodoh yang dilakukan oleh seorang caleg. Jika lingkungan saja sudah tidak ia
cintai, bagaimana mungkin dia mencintai konstituennya? Tipe caleg seperti ini
adalah tipe orang yang akan lupa diri ketika jabatan atau kekuasaan sudah ada
dalam genggamannya.
Saya membayangkan pohon-pohon ini menangis ketika paku-paku tajam mulai menusuk nusuk tubuh mereka demi menggantung
selmbar baliho caleg. Pohon-pohon itu merelakan tubuhnya disakiti atas nama nafsu besar
seorang caleg. Saya membayangkan nasib pohon-pohon itu adalah analogi kehidupan sebagian manusia yang rela
kehilangan kebahagiaan demi menyenangkan hati orang lain.
Siang ini saya kembali ke Kupang dengan hati yang resah.
Lagi-lagi, bundaran PU
mengingatkan saya kepada cemara yang kini tinggal puntungnya hanya karena ada
satu orang penting yang tidak suka mlihat cemara yang melambai riuh. Saya tiba
di jalan Frans Seda, dan kali ini saya menyaksikan bagaimana beberapa pohon
sepe di situ telah roboh oleh mesin sensor di malam sebelumnya.
Hati saya miris, diluapi tanda tanya yang tak selesai hingga
perjalanan hari ini berakhir. Mungkinkah kota ini dikutuk untuk menjadi kota yang
sangat panas setelah musim hujan karna kita yang seringkali egois terhadap
alam?
Saya tiba lagi di kantor. Perjalanan hari ini sangat membuat
saya lelah. Sudah 6 bulan dan baru hari ini perjalanan jauh saya tempuh lagi.
Saya lalu memindahkan tempat duduk ke teras depan untuk melepas lelah sekaligus
menghirup lagi udara segar yang sepoi-sepoi datang. Selembar koran hari ini
tergeletak begitu saja di meja, sepintas mata saya menangkap sebuah judul
berita "TANAM PAKSA PAKSA TANAM BUPATI KUPANG AKHIRNYA DIDUKUNG
DPRD."
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar