Renungan Malam
Tadi malam, dalam mimpi kulihat Kahlil Gibran datang dan berbisik padaku “cinta adalah kecocokan anak jiwa, jika itu tak pernah ada maka cinta tak akan tercipta dalam hitungan abad bahkan milenia.”
Tadi pagi aku terbangun, belum sempat kuingat mimpi apa aku semalam, aku harus kecewa lagi seperti hari-hari kemarin, seperti pagi-pagi yang lalu, ternyata aku tak punya cinta.
***
Lima tahun aku jatuh cinta pada seorang perempuan; perempuan yang mampu membuat seluruh hidupku bermakna. Perempuan yang membuat aku sadar bahwa cinta dihati bukanlah milik pribadi kita. Dia yang membuat aku sadar bahwa cinta sejati itu memang benar-benar ada. Dia yang membuat aku sadar bahwa setiap kegagalan adalah cambuk, dan diujung dari setiap kegembiraan menanti duka. Didalam senyumnya kutemukan tawaku, diantara tetes airmatanya kulihat kesedihanku. Aku kadang merasa sudah hidup bersamanya dalam satu jiwa. Dikelilingi kerinduan akannya bila terpisah jarak, dan dibenamkannya aku kedalam samudra kasih sayangnya tatkala dia memelukku. Dan diujung dari semua yang sudah dia berikan padaku hingga aku sadar akan banyak hal; dia memberikan untukku kecewa.
Aku jatuh. Aku remuk. Tak kulihat harapan bangkit. Yang kulihat hanya putus asa.
Hingga dewa cinta datang menjamah, kupilih tak peduli padanya dan kutinggalkan dia padahal ditawarkannya untukku seribu rangkaian bunga serta kesenangan dan kebahagiaan. Lalu kupilih mendekati Kristus dengan pengakuan akan dosa-dosaku. Kukenakan pakaian dari rangkaian duri dan kubasuh diriku dengan darah dan airmata ketimbang dengan wewangian. Ketika dahaga, kupilih meminum cuka bercampur empedu dari cawan yang seharusnya berisi air gula. Makananku adalah penderitaan dan ketika orang berpikir bahwa aku sedang bergelut dengan duka , maka aku ingin berkata... inilah aku... sedang bergembira.
Share